FanFict ” Princess Jihyun” [Part 1]


qri_副本 copy

Sparkle Company Production

Present

Cast :

  • Lee Jihyun a.k.a Lee Qri T-Ara
  • Lee Dong Hae SJ

Other Cast :

  • Park Hyomin
  • Park Soyeon

Genre : Romance, Deja Vu

Plot : maju-mundur (?)

Length : Part

Annyeong-aceo ^o^)/ Kyo kembali ~ wkss XD oke, ini FF Kyo untuk menyelingi FF “Black Couple” yang sampai saat ini masih dalam kandungan (?) kagak tau kapan brojolnya (?) haaaah ~ Kyo cape, tapi ini pekerjaan yang menyenangkan… yeay, do’ain aja semoga ntu FF cepet kelar :v biar bisa bikin new FF lagi 😀 ini FF Kyo kerjain dengan kilat (?) karna untuk “Black Couple” lagi mentok nggak ada ide -_- semoga pada suka yehh… Happy Reading ^_^ #nyungsep

NB : PoV nya Qri semua :v

Semilir angin di akhir musim panas berhembus pelan. Sebuah gedung sekolahan berdiri kokoh di atas dataran tinggi Korea. Nama ku Lee Qri, siswi kelas 2 SMU. Yahh, aku bersekolah di gedung di atas dataran tinggi itu. Akhir pekan terasa menyenangkan sekali, siang ini aku hendak pulang ke rumah setelah selesai menyelesaikan tugas ku sebagai seorang pelajar. Seperti biasa aku menunggu Hyomin dan Soyeon di belakang sekolah, untuk pulang bersama karna rumah kami searah.

“mereka lama sekali”. Keluhku.

Sreett… tiba-tiba sosok seorang siswa lelaki muncul dari balik tanaman bonsai yang tertanam rapi di belakang sekolah. Ia mulai mendekat. aku menatap nya dan tersenyum. Tapi ia tidak, tatapan mata nya itu….

“Saranghae”. Ujarnya berjalan mendekat padaku. Sontak aku terkejut. Aku menoleh ke kanan kiri dan belakang, tak ada siapapun.

Aku menunjuk diri ku sendiri. “aku?”. Tanya ku untuk memastikan jika lelaki itu berbicara dengan ku. bagaimana tidak? Ini sungguh mengagetkan ku. teman main ku sejak kecil, Lee Donghae menyatakan perasaannya. Donghae berjalan semakin mendekat sedangkan aku semakin mundur menjaga jarakku dengannya. Bukk… tubuhku menhantam sebuah pohon. Jantungku berdegup dengan kencang. Donghae yang saat itu tidak memakai kacamatanya menatap ku dengan tajam, membuat ku takut. Apa yang ingin ia lakukan? aku terus membatin.

“Do-donghae’ah, manhi apha? (Do-donghae, kau sakit?)”. Tanya ku gugup. Tanpa menjawab, Donghae dengan cepat mendekat padaku dan menggenggam bahuku kuat. “kyaaaa!! Donghae,  kau kenapa?!!”. Jeritku dan berusaha mendorongnya.

“Qri’ah?”. Suara itu, Hyomin. Aku dan Donghae menoleh serentak. Aku yakin sekarang aku tampak seperti mayat hidup karna sikap Donghae tadi.

“kalian? Ada apa ini?”. Tanya Soyeon heran melihat posisi kami. aku yang menempel pada pohon dan Donghae yang memegang bahuku itu.

“Hyomin’ah, Soyeon’ah, ini tidak seperti yang terlihat”. Seru ku. menghindari pemikiran negatif kedua temanku ini.

“aigoo ~ mian Qri’ah, kami mengganggu kencan kalian”. Ejek Hyomin menahan tawa nya. Mwoya!! Donghae yang menyadari itu langsung berlari secepat mungkin. Meninggalkan aku yang masih mematung di pohon ini.

“wahh… Qri’ah chukkae!!”. Teriak kedua sahabat ku ini sembari bertepuk tangan dengan riang nya.

“Bukaaaaan!! Itu hanya salah paham!!”. Aku membalas dengan teriakan yang tidak kalah kerasnya.

Soyeon menyiku lengan ku. “ku pikir kalian benar-benar hanya teman. Gwaenchana, kalian pasangan serasi”. Ujarnya.

Aku mulai berjalan menuju gerbang di ikuti oleh kedua sahabatku yang masih saja membicarakan tentang aku dan Donghae tadi. “seharusnya Donghae tahu, pria impian ku…”. aku menghentikan sejenak perkataanku lalu menerawang membayangkan pria impian ku itu. Kini Hyomin dan Soyeon mengapitku disisi kiri dan kanan ku dengan mimik muka yang aneh. “aku tahu ini sangat lucu, tapi aku sudah yakin. Bila suatu saat nanti ia muncul, maka aku akan langsung tahu”. Lanjut ku.

“apa yang kau bicarakan?”. Tanya Hyomin. Bibir tipis nya mengerucut, tak mengerti apa yang aku maksud barusan. Aku hanya tersenyum. Membuka gerbang dan berjalan keluar halaman sekolah. Pikiran ku masih membayangkan pria impian ku itu, pria dengan perawakan yang gagah, berkulit agak coklat, dan tatapan mata yang menyala.

“ku pikir Donghae itu pria yang pas dengan pria impianmu itu”. Celoteh Soyeon.

“sudah ku bilang, tadi itu hanya salah paham”. Teriakku lalu berjalan agak cepat mendahului mereka. Aku menggigit kuku ku. “aku dan Donghae hanya teman. Kami sudah bertetangga sejak 8 tahun lalu, kau sudah sangat mengenal nya dan keluarga nya”. Gumamku pelan.

“tapi kalian berduaan di tempat yang sepi, tidak terlihat oleh orang”. Timbal Hyomin. Mereka berdua terkekeh di belakang ku.

“geumanhae, jangan berkata yang tidak-tidak”. Seru ku. mereka makin terkekeh.

Hening beberapa menit.

“Donghae tadi menjemputku, dia kira kami akan pulang bersama”. Kataku setelah memikirkan alasan yang pas untuk mengelabui kedua teman ku ini. Sebenarnya, aku juga tidak tahu mengapa sikap Donghae seperti itu tadi. Dan mata itu…. ahh… molla. “ayah Donghae menjadi ketua Tim Peneliti yang sedang menggali di lereng bukit itu”. Aku menunjukkan bukit yang berada tidak jauh dari kami berdiri sekarang. Terlihat jelas, sebuah alat berat sedang menjalanan tugas nya di kendalikan oleh ahlinya untuk menggali lereng bukit itu. “di belakang taman itu, telah di temukan berbagai peninggalan seperti patung prasasti. Dan mungkin kuburan kuno”. Lanjutku.

“ohh… maka dari itu Universitas Kwang Hee mengadakan penelitian. Wahh… Qri tahu banyak ya?!”. Kata Hyomin antusias.

Soyeon menyeringai. “tentu saja, kan calon mertuanya bekerja sebagai ketua Tim Peneliti”. Seru nya. Lagi, aku di ejek oleh mereka. Ku hembuskan napas ku panjang. Tak menghiraukan ejekan mereka lagi.

Donghae. Mengapa sikapnya aneh sekali? Dia orang yang tenang dan baik. bukan, bukan Donghae yang tadi. Sorot matanya tajam. Membuatku bergidik takut. Sudahlah, dai pasti sedang bercanda.

***

Pagi hari di akhir pekan. Seperti biasanya, aku menyirami tanaman di halaman rumahku. Bagaimana ini? Aku terus memikirkan kejadian kemarin. Setelah ini, aku tidak tahu masih mampukah aku memulai pembicaraan dengan Donghae.

“Annyeong Qri”. Sapa Donghae yang lewat di depan rumahku. Setelannya rapi seperti biasa. T-shirt hitam dengan jaket sebagai luaran nya dan jeans biru gelap sebagai bawahannya.

“Donghae’ah, kau mau kemana? Ini kan hari minggu”. Tanya ku begitu saja.

Donghae berhenti sejenak. “ada sesuatu yang tertinggal di sekolah. Aku mau mengambilnya”. Jawabnya. Segera ku matikan keran air yang tersambung pada selang untuk menyiram tanaman itu dan meletakannya sembarang.

“changkkamyo. Aku ikut”. Aku berlari kearah Donghae yang mulai berjalan. Kaki panjang nya membuat ku harus agak cepat mengejarnya.

“yya… kau tahu aku menemukan benda berharga. Kau tentu tahu jika saat ini aku membantu penelitian abeoji. Kau tahu aku menemukan apa?”. Donghae terus mengoceh. Sepertinya ia sangat senang menemukan benda itu. Mungkinkah itu emas batangan. “Nisan. Aku menemukan nisan besi. Daebbak! Tapi aku lupa membawanya pulang”. Lanjutnya. Aku hanya mengangguk. Langkahnya semakin cepat. Membuat napas ku sedikit ngos-ngosan mengejarnya.

Ku perhatikan wajahnya yang berada 10 cm di atas ku itu. Donghae yang biasa, kemarin itu bukan Donghae. Dia tampak seperti orang lain kemarin. Pikirku.

“ehmm… Donghae’ah, apa maksud canda mu kemarin di belakang sekolah?”. Tanya ku memecah keheningan.

“pulang sekolah? Canda?”. Ia mengulang inti pertanyaanku. “pulang sekolaa kita bertemu? Kemarin, aku senang karna menemukan benda itu. Kkambakhaeta (Lupa)”. Jawabnya mengingat sekilas aktivitasnya kemarin.

Plaakk. Ku pukul belakang kepala nya.

“yakk! Appo”. Ringis nya. Aku hanya menekan pinggang dan menatap nya. “selalu begitu”. Donghae mengerucutkan bibirnya.

“bagaimana kau bisa tidak ingat?!!”. Teriak ku penuh emosi. Donghae malah heran melihat tingkah ku. aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya.

“Qri’ah?”. Panggilnya. Entah beruntung atau tidak, setelah sekian lama aku berteman dengannya aku tahu sorot matanya itu ia tidak berbohong. Ia benar-benar tidak ingat. Lalu kemarin itu, apa? Aku terus membatin. “Qri’ah”. Panggil nya sekali lagi. Kini kau sudah memasuki halaman sekolah dan Donghae di belakang ku. aku tidak mungkin salah, Hyomin dan Soyeon saksinya.

***

Tibalah kami di kelas. Donghae menuju meja nya lalu merogoh ke laci meja itu. Ia memberikan benda berhaga yang ia maksud tadi. Yah, sebuah nisan kuno.

“kotor begini? Aigoo ~ ini nisannya?”. Tanya ku sembari memperhatikan detail nisan itu.

Donghae duduk di atas mejanya. “ya, itu nisan kuno”. Jawabnya. “harta dari kuburan kuno. Riwayat hidup yang meninggal juga tertulis disana”. Lanjutnya.

“ah, sudah. Ini ku kembalikan”. Ujar ku dengan nada datar. Ini bukan saatnya, aku sedang menyelidiki apa mungkin orang ini punya kepribadian ganda.

Donghae menyambut nisan kuno itu. Cliiing… sebersit cahaya terang muncul saat tanganku yang masih memegang bagian ujung nisan dan tangan Donghae di ujung satunya. Donghae ambruk begitu saja.

Uhuuk uhhuuk. Donghae terbatuk. Aku bingung harus apa hanya melihat nya dengan heran. “Qri’ah, kau melihat cahaya barusan?”. Tanyanya.

“Donghae’ah, kau kenapa? Bertahanlah… aku akn mencari bantuan”. Aku hendak keluar dari kelas untuk mencari bantuan, sepertinya terjadi sesuatu yang tidak beres pada Donghae.

“ANDWAEE!!”. Teriaknya. Donghae menarikku ke pelukannya dengan cepat.

“Donghae’ah, lepaskan aku”. Aku memberontak. Pelukannya itu sangat kuat. Aku susah bergerak. Dalam sekejab Donghae mendorong ku. hingga ia kini berada diatas ku sedang aku setengah duduk di lantai kelas. Aku mulai menangis. Apa? Apa ini??

“neoreul gidareilge (aku menunggumu)”. Ujarnya lirih. Mata itu… sorot mata itu, lagi… tidak ini bukan Donghae! Lalu siapa? Siapa ini? Aku tak berdaya dan terhanyut oleh tatapan mata itu. Semua terasa seperti di taman buang yang luas, seketika itu juga Donghae menggenggam kedua pergelangan tanganku. Ia bahkan merobek bagian bahu baju yang aku kenakan saat ini. Donghae membenamkan kepala nya ke leher ku. “naneun, Dongju”. Ujarnya.

“ANIYAAAA!! GEUMANHAEE!!”. Teriakku. Dan entah kekuatan darimana hingga aku bisa mendorong Donghae. Bukk! Brakkk! Donghae terhempas menghantam beberapa meja di kelas. Segera aku duduk dan membenahi baju ku yang robek itu. Dengan tenaga yang tersisa aku bersuaha berdiri.

“Qri’ah, ada apa?”. Tanya nya setelah sadar. Ia sedikit meringis kesakitan karna tubuhnya menghantam meja.

“Donghae’ah?”. Aku menatap nya yang berusaha berdiri sambil memegangi lehernya.

***

“jadi…. setelah aku memegang benda itu aku menjadi aneh. Ohh, berarti kejadian kemarin juga seperti itu. Makanya aku tak ingat apapun”. Kata Donghae mengelus-elus dagunya berusaha menerka. Ia memakaikan jaketnya padaku karna baju ku telah robek. Aku memandangi nisan yang kini ada di tangan ku.

“sebenarnya… apa yang terjadi. Perasaan ku jadi tidak enak”. Kekhawatiran mulai menghantuiku.

Donghae masih berpikir. “ehm… maaf aku merepotkan mu karna sikap anehku. Aku juga jadi tidak enak”. Jawabnya pelan. “kalau begitu, kita tanyakan pada abeojhi ku. aku menjadi aneh setelah memegang benda itu. Mungkin abeojhi bisa menemukan petunjuk pada nisan itu”. Lanjut Donghae kemudian berdiri dari duduknya. Dengan tergesa-gesa kami berdua menuju lokasi penggalian Lee Ahjussi.

Donghae, dia berubah. Aku sendiri jadi bingung dan tidak enak. Aku, aku tahu mata itu. Sorot mata itu. Aku mengenalnya. Ya. Tapi aku tidak tahu pasti dimana pernah melihatnya. Aku sangat yakin mengenal mata itu.

***

3 thoughts on “FanFict ” Princess Jihyun” [Part 1]

Tinggalkan komentar